Cybernewsindonesia.id | Pemalang - Kepala SPPG Paduraksa, Kukuh Danar, memberikan klarifikasi terkait kejadian dugaan makanan basi yang sempat dilaporkan pada Kamis (11/9/2025) di salah satu sekolah dasar di Pemalang. Menurutnya, penyebab utama berasal dari pengolahan telur dengan bumbu kuning, bukan karena bahan makanan yang tidak layak.
“Jadi saat itu ada telur yang kuningnya pecah, lalu tercampur dengan bumbu kuning. Karena bumbunya cukup kuat, aromanya jadi terasa lebih menyengat. Padahal di pagi hari kondisi makanan masih aman,” jelas Kukuh, Jumat (12/9/2025).
Ia menegaskan, sejak laporan masuk sekitar pukul 12.00 siang, pihaknya langsung melakukan penarikan makanan dari sekolah untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. “Alhamdulillah, tidak ada anak yang sakit. Begitu ada laporan, langsung saya instruksikan agar makanan tidak dibagikan lagi,” tambahnya.
Menurut Kukuh, faktor penyebab bukan dari telur yang basi, melainkan dari proses memasak dalam jumlah besar yang mencapai ribuan porsi. “Masakan diproduksi dengan volume sampai 3.000 porsi. Kadang ada perbedaan hasil di tiap kompor. Dari evaluasi, yang tercium bau hanya sebagian kecil,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, Kukuh menyatakan untuk sementara waktu menu telur tidak akan digunakan terlebih dahulu karena proses pengolahannya yang cukup lama dan berisiko jika tidak benar-benar diawasi. “Kami juga sudah rembukan agar menu dengan bumbu menyengat lebih diperhatikan. Ke depan, pengawasan akan lebih diperketat supaya kejadian serupa tidak terulang,” tegasnya.
Kukuh menambahkan, pihaknya selalu mengacu pada rekomendasi menu dari Badan Gizi Nasional, di mana dalam satu porsi harus terdapat lauk hewani, nabati, sayur, dan buah. “Jika tidak ada tempe atau tahu sebagai nabati, maka diganti dengan susu murni tanpa tambahan rasa atau gula,” jelasnya.
Ia berharap klarifikasi ini dapat menenangkan orang tua murid sekaligus menjadi evaluasi bersama untuk menjaga kualitas makanan anak sekolah.
(Biro pemalang)